Jumat, 05 September 2008

ZUHUD = HIDUP MISKIN ?

“Bekerjalah untuk duniamu,seakan engkau hidup selamanya, dan beramallah untuk akhiratmu, seakan esok engkau mati”,

“Dan tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepada Ku,” (QS,Adz-Dzariat;56)

Di ciptakanNya manusia dari setetes air hina, sembilan bulan proses di dalam kandungan ibu,lalu lahirlah wujud manusia yang sempurna, Maha Agunglah Dzat yang Kuasa menciptakan Makhluk, sejak ia lahir kedunia maka, mulailah ia terbebani tanggung jawab sebagai khalifah di bumi, oleh karenanya ia di anugerahi kemampuan yang tidak di miliki oleh makhluk lain, yaitu kuat fisik ( Quwwah Amaliah) agar ia mampu mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan fisik, bekerja dan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan di beri kemampuan berfikir (Quwwah Nadhoriyah) agar ia mampu menerjemahkan kebutuhan batin dan kreatif dalam mencari solusi dari problem kehidupanya.

Dalam tataran kehidupan nyata kewajiban manusia sebagai khalifah di bumi adalah: memenuhi kebutuhan fisik hidupnya, (makan, minum, sandang, tempat tinggal) agar kehidupanya tetap berlangsung. Dan kebutuhan hidup sosialnya ( interaksi dengan makhluk sasial lainya, dan dengan alam sekelilingnya).

Pada sisi yang lain manusia tidak boleh pula melupakan kewajibanya untuk beribadah kepada Tuhanya, salah satunya adalah berzuhud, menurut Sayyid Abu Bakar dalam Kitab Kifayatul Atqiya’ Zuhud adalah FAQDU ‘ALAQOTIL QOLBI BIL MAALI, WALAISA HUWA FAQDAL MAALI. Artinya”Menghilangkan ketergantungan hati terhadap harta benda (dunia) bukan berarti tidak punya harta”

Bahkan ada pula Ulama’ yang berpendapat Zuhud adalah: meninggalkan duniawi sepenuhnya. Ada pula yang mengatakan Zahid ialah orang yang menyibukkan dirinya dengan segala sesuatu yang di perintahkan Allah serta meninggalkan kesibukan terhadap selain Allah, ada juga yang berpendapat Zuhud adalah: meninggalkan dunia seakan-akan dunia ini tidak ada.

Perbedaan pendapat Ulama’ dalam pengertian Zuhud sebenarnya berangkat dari perbedaan Maqam (tingkatan) dalam Tasawwuf, Yaitu antara seseorang sudah mencapai derajat tsiqah billah (Secara total percaya penuh dan tawakkal kepada Allah) dan seseorang yang baru pada tingkatan maqam kasbi (orang yang belum bisa menanggalkan hatinya dari kecintaan duniawi, dan belum total dalam bertawakkal kepada Allah)

Dari uraian di atas Zuhud adalah: menghilangkan ketergantungan hati kepada selain Allah, bukan berarti benci kepada dunia dan tidak punya harta sama sekali.

Imam al-Ghozali sendiri menyimpulkan Zuhud adalah: meninggalkan segala yang di cintai hawa nafsu menuju yang lebih baik dengan keyakinan apa yang kelak ia peroleh jauh lebih berharga di bandingkan dengan apa yang ia tinggalkan. Dengan kata lain Zuhud adalah: meninggalkan urusan duniawi untuk mencapai kebahagiaan Ukhrowi. Jadi, seorang Zahid tidak ada bedanya antara memiliki harta benda dan yang tidak memiliki, tidak berbangga hati dan takabbur ketika hartanya melimpah dan tidah susah hatinya ketika miskin.

Ketenteraman hatinya tidak di sandarkan pada kekayaanya, tapi bersandar penuh kepada Allah SWT.

Tujuan hidup manusia di dunia tidak hanya sekedar menumpuk harta benda, tetapi mencari kebahagiaan dunia akhirat, Dunia hanyalah tempat menanam dengan berbuat baik dan mensyukuri nikmat. dunia adalah alat dalam menuju Sa’adatut-daroini.

Manusia hidup tentu membutuhkan harta benda untuk menopang kelangsungan kehidupanya, tetapi jangan di jadikan alasan menghabiskan seluruh waktunya untuk menumpuk harta benda dan melalaikan kewajibanya sebagai hamba yang harus menjalankan ibadah berbakti kepada penciptanya. Izhad fiddun_yaa, yuhibbuka_Allah, wazhad fi aidinnaasi, yuhibbuka_Annas,Berzuhudlah dalam urusan dunia,niscaya kamu akan di cintai Allah, dan berzuhudlah( jangan mengharap apa-apa) dari apa-apa yang ada dalam genggaman manusia, niscaya kamu akan di sukai manusia”



Tidak ada komentar: