Rabu, 18 Juni 2008

NUTRISI QALBU


PERJALANAN KEHIDUPAN


Demi masa…
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Sungguh hidup ini terasa singkat sekali, ibarat waktu, kita telah berada pada saat ‘Asr (senja) waktu yang sebentar lagi malam, usia yang begitu pendek, kita lahir bayi, sebentar kemudian anak-anak,sejanak kita menikmati masa kanak-kanak, bermanja-manja dengan orang tua kita, bermain dengan sebaya, bertingkah dan berfikir sesuai usia kanak-kanak, menghadapi problem kanak-kanak. Tak seberapa lama kita terbuai dengan masa itu, beranjaklah kita pada usia dewasa. Pola pikir kita sudah tentu berbeda dengan masa kanak-kanak, kita mulai mengerti dan memahami apa yang kita perbuat, kita sudah bisa mulai merancang masa depan kehidupan kita, kita sudah bisa berandai-andai tentang cara hidup kita, merancang apa pekerjaan kita, apa profesi kita dalam mencari nafkah.
Masa inilah sebenarnya yang akan membawa dampak paling besar di usia tua kita nanti, semakin baik persiapan kita di usia muda, semakin baiklah masa tua kita, masa dimana kita menabung untuk hari tua kita nanti,
Masa dewasa yang kita lalui sungguh mencemaskan, berbagai problem kehidupan sudah mulai melebur dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sudah di tuntut untuk bisa mencari solusinya, masa-masa indah saat kita mulai mengenal lawan jenis, masa-masa dimana kita menempuh pendidikan, bahkan masa dimana kita harus mulai mengerti tentang beban orang tua kita,
Sekejap saja kita mengecap ‘manisnya’ masa dewasa ,romantisme masa pacaran, senda gurau saat kita apel sang pacar,khayalan-khayalan tentang ‘dunia milik kita berdua’ seolah lenyap dan hilang begitu saja ketika kita sudah memasuki pernikahan, masa dimana tanggung jawab ‘hidup kita’ berada di tangan kita sendiri, mulailah kita bekerja yang ‘sesungguhnya’, saat amanah anak lahir, bertambahlah tanggung jawab kita, merawat , mengasuh, dan mendidiknya, pada saat anak kita menjadi dewasa, jadilah kita ‘orang tua’ yang sesungguhnya karena usia kita memang benar-benar tua.

KEHIDUPAN YANG SESUNGGUHNYA
Sungguh perjalanan kehidupan yang kita lalui ini sangat singkat, seolah kita tak merasakan iramanya, tahu-tahu kita sudah di ambang senja, yang menjadi pertanyaan, apakah kita telah mengisi kehidupan ini dengan penuh nilai, atau malah sebaliknya ?
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di usahakanya,” (QS,Al-Najm;39)
“Sesunguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan,Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar dalam neraka,” (QS.Al-Infithar;13-14)
Jalan Menuju Surga Dunia dan Surga Akhirat.
Sesungguhnya sangatlah mudah bagi kita untuk mencapai apa yang di sebut kebahagiaan dunia(surga dunia) terbentang luas tata dan cara yang telah di berikan yang Kuasa untuk kita mampu menempuhnya, hanya saja maukah kita melaluinya ? Quu, Anfusakum, Wa Ahliikum Naaro .jagalah dirimu,,, mulailah dari diri kita, sebelum kita mengajak orang lain,kita atur dan susun kehidupan ini sesuai dengan takaranya, jika menyangkut Hablum minannas (interaksi dengan manusia) kita harus berusaha mengikutinya, aturan dan hukum yang di buat oleh manusia, tentulah bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri, manusia di beri akal agar mampu membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk, kita di beri aturan dan hukum kehidupan ini agar kita beda dengan pola kehidupan hewani, di jagat raya ini semua makhluk mempunyai aturan hukum yang baku, bintang-bintang yang beredar di cakrawala ada hukum edar yang mengaturnya agar tidak saling bertabrakan.Demikian juga dengan Hablum minaAllah (interaksi manusia dengan Tuhanya) kita telah di beri rambu-rambu kehidupan, yang dengan mengikutinya akan selamatlah hidup kita dari kemurkaaNYA,
Kenapa harus diri kita yang memulai taat hukum ? dari sinilah tercermin kualitas dan nilai kepribadian kita, rasa kedamaian akan hati muncul apabila kita merasa tidak melakukan kesalahan, kita akan makan enak jika kita tahu dari mana rizqi itu diperoleh, jika rutinitas kehidupan ini kita lalui dengan kejujuran diri niscaya hidup ini terasa manisnya,
Wa Ahliikum Naroo..

Setelah kita menjaga kualitas hidup ini sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, baik hukum yang menyangkut Hablum minannas,( interaksi dengan manusia) maupun Hablum MinaAllah (hubungan manusia dengan Tuhanya), barulah kita mengajak keluarga kita untuk bersama-sama mengikuti jejak kita, Harga diri kita tercermin dari keluarga kita juga, sesukses apapun kita apabila salah satu dari keluarga kita lepas control dari aturan hukum yang berlaku, maka nilai kita akan berkurang juga.
Setelah anak istri telah terpenuhi sandang panganya, pendidikan dan pekerjaanya sampailah kita pada tahap bersyukur kepada yang Maha Kuasa, ketika kita pandai jadi hamba yang bersyukur atas karuniaNya maka ni’mat lahir bathin tercapai, Syurga dunia di rasakan dan Syurga Akhirat menanti, Amiiiin.
“orang-orang yang paling merugi perbuatanya,Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatanya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya,” (QS.Al-kahfi:104)